Sabtu, 14 Maret 2015

Pelajaran Hidup dari Seorang Penderita TB- MDR - Bagian Pertama



Tidak mudah memang ketika kita hidup bersama dengan anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Apapun itu penyakitnya, dibutuhkan keikhlasan hati, kesabaran dalam merawat mereka. Juga dibutuhkan kedispilinan tinggi dalam mengatur pola makan ataupun meminum obat dalam takaran tertentu. Apalagi jika obat tersebut mempunyai efek samping yang sangat-sangat membuat si penderita menderita kesakitan yang amat luar biasa. 
Keikhlasan dan kesabaran adalah kunci utama untuk menunjang kesembuhan bagi si penderita. Ketika kita ikhlas dan sabar dalam merawat si penderita, si penderita akan termotivasi untuk sembuh jauh lebih besar. 

Malam ke dua, di Workshop 3 hari yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan RI, aku banyak mendapat pelajaran hidup yang sangat berarti dari para mantan penderita TB.

Para Survivor TB MDR maupun TB-HIV ini begitu banyak memberikan pelajaran hidup bagi aku. Mereka dengan cerita hidup yang begitu sedih telah membuatku bersyukur mendapat keadaan aku dan keluarga dianugrahi hidup sehat. Aku tidak bisa membayangkan jika kedaan tersebut menimpa kepada diriku.

Ini adalah cerita 2 perempuan dari mantan penderita TB MDR. Bagian pertama.

Di malam kedua hadir 4 perempuan cantik untuk membagi kisah mereka tentang penyakit yang mereka alami kepada kami para blogger.

Seorang perempuan hebat dan juga seorang survivor dari TB-MDR yang telah sembuh. Derita Mbak Dewi ini menguras kesedihan yang luar biasa. Ketika Dewi didiagnosa menderita TB MDR, yaitu penyakit TB yang sudah kebal terhadap obat-obat TB biasa. Penyakit TB MDR yang diderita menggerogoti badannya hingga kurus kering. Dengan tubuh yang sudah seperti tengkorang, Dewi menyebutnya sepeti itu, dia harus tetap pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan disuntik dan minum obat yang harus diawasi oleh Dokter. Dewi menjalankan pengobatan ini selama 18-24 bulan! yup! tepatnya 2 tahun. Dewi harus menjalankan pengobatan suntik selama 6 bulan dan harus minum obat setiap hari tidak boleh putus. Jika seorang pasin TB telat atau tidak meminum obat , pengobatan akan mulai dari awal lagi. Para pengidap TB ini harus meminum obat di tempat berobat dan diawasi oleh petugas, yaitu baik dokter atau suster perawat yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit.

Tentunya, Dewi mengalami efek samping dari minum obat ini. Yaitu kulit Dewi bersisik, pusing hebat, hingga mual sampai muntah-muntah. Dengan kondisi yang seperti ini, merupakan sebuah penderitaan bagi Dewi, ditambah dengan perginya orang yang sangat dicintai Dewi dari sisinya, Yaitu suami Dewi. Dewi pun di gugat cerai, karena suaminya sudah tidak sanggup merawat dan membantu Dewi yang harus menjalani pengobatan begitu lama. Penderitaan Dewi tidak cukup sampai disitu, Sebelumnya Dewi pun harus kehilangan bayi yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Seorang pasien TB mempunyai resiko yang sangat tinggi jika dalam keadaan hamil. Penderitaan Dewi semakin bertambah, Seorang suami yang seharusnya bisa menjadi pendamping di masa-masa sulit Dewi, kini harus pergi dan Dewipun harus menjalani sidang perceraian dikala Dewi mengalami efek samping dari obat-obat yang harus diminumnya setiap hari.

Cerita dari perempuan yang kedua adalah, dia harus merelakan bayinya untuk diasuh orang lain selama dia menjalani pengobatan. Dengan kurun waktu selama 2 tahun tersebut, dia harus menjalani penderitaan tidak bertemu, tidak menyusui bahkan tidak bisa membelai bayi yang dilahirkannya. Dia hanya bisa memandangi photonya saja. Sungguh membuat miris dan menguras airmataku , mendengar cerita dia. Selain itu, dia harus menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju lokasi pengobatan. sekitar 30km setiap hari selama 24 bulan.
Tidak hanya efek samping seprti mual, pusing serta muntah-muntah, dia juga mengalami efek samping yag parah yaitu halusinasi. Beberapa kali dia mengalami halusinasi seperti ada yang mengajaknya berbicara dan pergi.
Seperti yang diterangkan sebelumnya,  banyak pasien TB yang mengalami efek samping halusinasi berakbita fatal seperti setengah gila bhawan ada yang sampai bunuh diri...hiks..hiks ..

Tapi karena motivasi tinggi untuk dapat segera menimang dan membelai anak yang telah dilahirkannya, Dia menjalani semua itu dengan tabah, sabar serta selalu ada suami yang mendukung dia. Dan pada akhirnya bisa sembuh total dari penyakit TB, kembali menjalani hari-harinya dengan normal. Yang terpenting dia dapat memeluk dan membelai serta menggendong anaknya kembali.

TB memang penyakit yang kejam, dan ingat bahwa penyakit TB maupun TB MDR dapat disembuhkan! dengan pengobatan yang rutin, intens, serta disiplin tinggi dalam mengkonsumsi obat, serta pengawasan yang benar, maka pasien penderita TB dapat disembuhkan. Apalagi dengan program pemerintah saat ini, bahwa untuk pengobatan TB baik TB MDR dan TB HIV semua gratis. Jadi mari kita kenali, temukan dan sembuhkan TB.

....bersambung